Sebelum masuk pembahasan ane mau shared profil pottele/psk di Makassar.
1. Linda ( nama samaran)
Lihat profil ( foto & no. Hp tersedia)
2. Mawar ( nama samaran)
Lihat profil (no.hp tersedia)
---------------------------------------------
siri`na pacce adalah falsafah suku bugis
makassar yang apabila seseorang tidak mempunyai keduanya,maka orang itu
dianggap rendah (seperti binatang)
Secara etimologi, Siri’ berarti: rasa malu (harga diri), sedangkan Pacce
(bahasa Bugis: Pesse) berarti: rasa kasihan (pedih, perih). Jadi Siri’ na Pacce
bisa diartikan sebagai sebuah ajaran moral masyarakat Bugis-Makassar, yang
menganjurkan untuk saling menjaga harga diri satu sama lain, agar tidak merasa
malu atau dipermalukan, serta saling menjaga rasa kesetiakawanan dalam
bermasyarakat, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Bagi masyarakat Bugis-Makassar, siri' mengajarkan moralitas kesusilaan yang
berupa anjuran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia
untuk menjaga dan mempertahankan diri dan kehormatannya. Sedangkan, pacce
mengajarkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial tanpa mementingkan diri
sendiri dan golongan. Pacce merupakan sifat belas kasihan untuk ikut menanggung
beban dan penderitaan orang lain. Seperti dalam pepatah: "Ringan sama
dijinjing berat sama dipikul".
Awal Mula Siri’ na Pacce
Menurut Iwata (Peneliti dari Jepang), pada mulanya, siri’ na pacce
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan kawin lari (silariang). Yakni jika
sepasang pria dan wanita kawin lari, maka mereka dianggap telah melakukan
perbuatan siri’ dan membawa aib bagi keluarga. Keluarga perempuan selanjutnya
disebut tunipakasiri’/mate siri’. Yang selanjutnya berhak menuntut sang pria
secara hukum adat untuk bertanggungjawab karena keluarganya dibawa kabur
(silariang).
Selama belum melakukan perdamaian, maka selama itu pula sang pria tidak
diperkenankan bertemu keluarga pihak perempuan sebagai pasangan kawin larinya.
Perdamaian hanya bisa dilakukan secara adat, dengan membawa sang perempuan
kembali ke rumahnya yang selanjutnya disebut a’baji’/battu baji’.
Jika ini belum dilakukan, maka status tunipakasiri’/mate siri’ tetap melekat
bagi keluarga perempuan. Namun jika a’baji’ sudah dilaksanakan, maka pasangan
kawin lari tadi secara hukum adat sudah terlindungi. Siapa saja yang
mengganggunya akan dicap sebagai pelanggar adat dan dikenakan hukuman adat.
Tapi sesungguhnya, inti budaya siri’ na pacce itu bukan cuma berkaitan
pernikahan. Tapi, mencakup seluruh aspek kehidupan orang Bugis-Makassar.
Karena, siri’ na pacce itu merupakan jati diri bagi orang Bugis-Makassar.”
Dengan falsafah siri’ na pacce, maka keterikatan dan kesetiakawanan di antara
mereka mejadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yang lain.
Konsep siri’ na sacce bukan hanya di kenal oleh dua suku ini, tetapi juga
suku-suku lain yang menghuni daratan Sulawesi, seperti Mandar dan Tator. Hanya
saja kosa katanya yang berbeda, tapi ideologi dan falsafahnya memiliki kesamaan
dalam berinteraksi.
Siri’
Berdasarkan jenisnya siri' terbagi atas 2 yaitu:
Siri’ Nipakasiri'
Nipakasiri' terjadi apabila seseorang dihina atau diperlakukan diluar batas
kewajaran. Maka ia atau keluarganya harus menegakkan siri'nya (appaenteng
siri’) untuk mengembalikan kehormatan yang telah dirampas. Jika tidak, ia akan
disebut "mate siri" atau kehilangan harkat dan martabatnya sebagai
manusia di mata masyarakat. Bagi orang Bugis dan Makassar, tujuan atau alasan
hidup yang tertinggi tidak lain adalah menjaga siri'nya. Mereka lebih memilih
mati dari pada hidup tanpa siri'. Mati karena mempertahankan siri' biasa
disebut "mate nigollai, mate nisantangngi" yang berarti mati secara
terhormat untuk mempertahankan harga diri.
Siri' Masiri'/Appaenteng Siri’
Masiri'/Appaenteng Siri’ yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk
mempertahankan, meningkatkan atau mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan sekuat tenaga dengan mengerahkan segala daya upaya demi
siri' itu sendiri. Konsep inilah yang melahirkan sebuah semboyan “Takunjungang
bangung turu’, nakugunciri’ gulingku, kualleangnga…,tallanga natoalia”. (Jika
layar telah terkembang, kemudi telah terpasang, kupilih tenggelam…, daripada
mundur surut ke haluan). Semboyan tersebut melambangkan betapa masyarakat
Bugis-Makassar memiliki tekad dan keberanian yang tinggi dalam mengarungi
kehidupan ini.
Siri’ Tappela’ Siri’ (Makassar)
atau Siri’ Teddeng Siri’ (Bugis)
Artinya rasa malu seseorang itu hilang “terusik” karena sesuatu hal.
Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya
maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau
membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan (disepakati). Ketika
sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati
janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.
Orang Bugis atau orang Makassar yang masih memegang teguh nilai-nilai
Siri’,
ketika berutang tidak perlu ditagih. Karena, tanpa ditagih dia akan datang
sendiri untuk membayarnya.
Siri’ Mate Siri’
Siri’ yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang
Bugis/Makassar, orang yang
mate siri’-nya adalah orang yang di
dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu (iman) sedikit pun. Orang seperti ini
diapakan juga tidak akan pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai
bangkai hidup yang hidup.
Betapa hina dan tercelanya orang seperti ini dalam kehidupan masyarakat.
Aroma busuk akan tercium di mana-mana. Tidak hanya di lingkungan Istana, di
Senayan, bahkan di tempat-tempat ibadah juga bau busuk akan terasa menyengat.
Korupsi, kolusi dan nepotisme, jual beli putusan, mafia anggaran, mafia pajak
serta mafia-mafia lainnya, akan senantiasa mewarnai pemberitaan media setiap
harinya.
Pacce (Bugis: Pesse)
Pacce atau
Pesse adalah suatu tata nilai yang lahir dan dianut
oleh masyarakat Bugis/Makassar.
Passe lahir dan dimotivasi oleh nilai
budaya
Siri’ (malu). Contoh, apabila seorang anak durhaka kepada
orangtuanya (membuat malu keluarga) maka si anak yang telah membuat malu (
siri’)
tersebut dibuang dan dicoret dalam daftar keluarga.
Namun, jika suatu saat, manakala orangtuanya mendengar, apalagi
melihat anaknya menderita dan hidup terlunta-lunta, si anak pun diambilnya
kembali. Malu dan tidak tega melihat anaknya menderita.
Beradasarkan nilai-nilai yang dikandungnya budaya siri' na pacce terbagi
atas 3 yaitu:
Nilai Filosofis; Nilai
Filosofis dari siri' na pacce adalah gambaran dari pandangan hidup orang-orang
Bugis dan Makassar mengenai berbagai persoalan kehidupan yang meliputi watak
orang Bugis Makassar yang reaktif, militan, optimis, konsisten, loyal,
pemberani dan konstruktif.
Nilai Etis; Pada siri' na
pacce terdapat nilai-nilai etis yang meliputi: teguh pendirian, setia, tahu
diri, jujur, bijak, rendah hati, sopan, cinta dan empati.
Nilai Estetis; Nilai estetis
dari siri' na pacce meliputi nilai estetis dalam non insani yang terdiri atas
benda alam tak bernyawa, benda alam nabati, dan benda alam hewani
Penerapan Etos Siri’ na Pacce Saat
Ini
Penetrasi besar-besaran budaya global melalui jalur globalisasi, telah
membawa banyak perubahan di seluruh penjuru dunia. Ditambah lagi dengan
besarnya pengaruh kekuatan ekonomi (economic power) negara-negara maju. Hal ini
menempatkan negara berkembang termasuk Indonesia pada posisi yang serba sulit
untuk menghindarinya. Satu-satunya jalan adalah mengantisipasinya, Indonesia
harus bisa meminimalisir efek negatif yang ditimbulkan dari globalisasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan sosok-sosok muda yang memiliki
jiwa dan karakter yang mapan. Pemuda Indonesia yang notabene adalah pemimpin
dan pemilik masa depan bangsa ini, seharusnya memiliki siri’ na pacce
dalam diri mereka. Karena, pemuda Indonesia kini adalah pemuda yang sudah
terlalu jauh dari akar budaya mereka. Mereka sudah terlalu dalam terkontaminasi
oleh pengaruh negatif globalisasi. Dengan adanya siri’ na pacce, pemuda akan
lebih peka merasakan segala macam persoalan yang sedang melanda bangsanya.
Mereka juga akan malu melihat keadaan negaranya serta malu jika ia hanya
berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa untuk bangsanya.
Pemimpin yang memiliki siri’ na pacce dalam dirinya, akan memiliki
keberanian serta ketegasan, namun tetap bijaksana. Pemimpin yang memegang teguh
prinsip ini akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena mereka
memiliki rasa peka terhadap lingkungan sekitar. Mereka dapat mendengarkan
aspirasi orang-orang yang mereka pimpin. Hal ini sangat sejalan dengan konsep negara
kita yaitu negara demokrasi.
Meskipun etos siri’ na pacce berasal dari masyarakat Bugis-Makassar, namun
etos ini sangat bisa diterima secara nasional. Karena di berbagai daerah
Indonesia juga terdapat etos atau pandangan hidup yang hampir sama dengan konsep
siri’ na pacce. Ada wirang yang hidup di masyarakat suku Jawa, carok pada
masyarakat suku Madura, pantang pada masyarakat suku di Sumatera Barat, serta
jenga pada masyarakat suku di pulau Bali. Kesemua pandangan hidup dari berbagai
daerah tersebut memiliki kesamaan konsep dengan siri’ na pacce, yaitu malu jika
keadaan suku atau bangsa mereka tidak lebih baik dari suku atau bangsa lain.
Kesemua konsep pandangan hidup tersebut menanamkan nilai-nilai luhur tentang
semangat serta keberanian tanpa melupakan rasa lembut hati sebagai
penyeimbangnya.
-------------------------------------------
( 18 +) ane mau share video panas terbaru klik DISINI tunggu 5 detik terus klik skip add alamat menonton.
---------------------------------------------------